Skip to main content

Penentuan Kebutuhan Air Untuk Sistem Pemadam Kebakaran


Air merupakan elemen yang paling penting dalam sistem pencegah kebakaran berbasis air (water based fire protection system) oleh karena itu ketersediaan air harus selalu siap sedia kapanpun sistem pemadam kebakaran dibutuhkan. Air yang tersedia juga harus diperhatikan kapasitasnya untuk memenuhi minimum kebutuhan air pemadam agar saat berlangsungnya pemadaman kebakaran tidak terjadi kurangnya air yang menyebabkan proses pemadaman terhambat dan mungkin juga dapat menyebabkan kerugian yang jauh lebih besar karena terhentinya proses pemadaman kebakaran tersebut. Hal ini banyak yang kurang diperhatikan oleh setiap pemilik gedung perkantoran, pabrik, pertambangan, pembangkit listrik dan sebagainya, sehingga saat dikaji ulang ketersediaan air yang ada tidak memenuhi minimum ketersediaan air pemadam kebakaran.
Lalu, bagaimana kita tahu berapa minimum ketersediaan air yang diperlukan? Berikut adalah beberapa persyaratan utama yang harus terpenuhi:
  1. Kebutuhan air terbesar pada suatu sistem pencegah kebakaran.
  2. Sistem pencegah kebakaran yang turut beroperasi secara bersamaan saat suatu sistem pencegah kebakaran lainnya bekerja.
  3. Kebutuhan hydrant tidak kurang dari 500 gpm (1.890 L / menit).
  4. Ketersediaan air yang ada harus dapat memenuhi semua persyaratan diatas saat beroperasi selama 2 jam.
  5. Penggunaan air insidental untuk tujuan perlindungan non-kebakaran.

Berdasarkan hal diatas, maka kita harus mengetahui seberapa banyak kebutuhan air disetiap sistem pencegah kebakaran yang terpasang, setelah itu akan diketahui dimana kebutuhan air terbesar dan berapa jumlah air yang dibutuhkan. Kebutuhan air terbesar pada sistem pencegah kebakaran dijadikan acuan karena apabila area tersebut tercukupi airnya untuk memadamkan kebakaran, maka untuk area-area lain yang kebutuhan airnya lebih kecil pastinya tercukupi untuk memadamkan kebakaran.

Contohnya seperti ini:

Di suatu pabrik terdapat beberapa sistem pencegah kebakaran yang telah terpasang untuk melindungi kebakaran di suatu area atau bangunan. Pada Warehouse dan gedung utama terpasang sprinkler system, pada Transformers dan Fuel Oil Tank terpasang water spray system, kemudian terdapat hydrant system yang terpasang di dalam setiap gedung (indoor hydrant) dan di bagian luar setiap gedung serta di sekeliling area (outdoor hydrant). Setiap sistem pencegah kebakaran otomatis (automatic fire protection system) telah dilakukan perhitungan mengenai kebutuhan air pada masing-masing sistem yang dilakukan dengan menggunakan hydraulic calculation dan hasil yang diperoleh adalah untuk Warehouse kebutuhan airnya adalah 3.200 Lpm, untuk Gedung Utama kebutuhan airnya adalah 1.500 Lpm, Transformers sebesar 750 lpm dan Fuel Oil Tank sebesar 550 Lpm.

Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat dilihat bahwa kebutuhan air terbesar ada pada sprinkler system yang berada di area Warehouse yaitu sebesar 3.200 Lpm. Berdasarkan skenario kejadian kebakaran di area Warehouse (yang dibuat oleh tim penanggulangan kebakaran di pabrik tersebut) apabila terjadi kebakaran skenario yang ada adalah Fuel Oil Tank yang lokasinya bersebelahan dengan Warehouse juga diaktifkan untuk mencegah merambatnya kebakaran ke Fuel Oil Tank sehingga water spray system yang terdapat pada bagian luar Fuel Oil Tank dioperasikan untuk mendinginkan tangki tersebut.  Bantuan pemadaman dari luar area Warehouse juga dilakukan dengan cara membuka 3 outlet hydrant pillar yang terletak dekat dengan area Warehouse. Seperti yang kita ketahui bahwa masing-masing outlet hydrant yang berukuran 2.5 inch memiliki flowrate sebesar 946 Lpm.

Total kebutuhan air untuk pemadaman kebakaran di area pabrik itu adalah:
3.200 Lpm (Kebutuhan air terbesar pada sistem pencegah kebakaran) +
550 Lpm (Berdasarkan skenario penanggulangan kebakaran di area Warehouse) +
2.838 Lpm (3 outlet hydrant dibuka saat kejadian kebakaran di area Warehouse)
= 6.588 Lpm
Maka, ketersediaan minimum air untuk pemadam kebakaran adalah:
6.588 Lpm x 120 menit (waktu yang dibutuhkan sistem pencegah kebakaran beroperasi)
= 790.560 L atau 790, 56 m3.

Nilai tersebut dapat juga dijadikan dasar penentuan ukuran tangki sebagai tempat penyimpanan air untuk pemadaman kebakaran. Tangki yang digunakan bisa berupa gravity tank atau suction tank. Bahan yang digunakan bisa berupa Concrete Tanks, Welded-Steel Tank, Factory-Coated, Bolted Steel Tanks, Wood Tanks atau Fiberglass-Reinforced Plastic Tanks. Tangki yang digunakan harus diisi dari sumber yang mampu mengisi persediaan air selama 2 jam untuk kebutuhan proteksi kebakaran dalam periode 8 jam. Persyaratan 8 jam (waktu) untuk pengisian ulang dapat diizinkan untuk diperpanjang jika persediaan awal melebihi persyaratan penyimpanan minimum berdasarkan volume per rasio waktu. Pada umumnya untuk operasi pengisian ulang dilakukan secara otomatis berdasarkan level ketinggian tertentu.

Penggunaan tangki air untuk pemadaman kebakaran sebaiknya tidak digunakan untuk kebutuhan lain atau dalam satu tangki untuk dua kebutuhan yang berbeda, agar air untuk pemadaman kebakaran selalu ada kapanpun diperlukan. Jika memang tidak memungkinkan, bisa saja dalam satu tangki digunakan untuk kebutuhan lain selain untuk pemadaman kebakaran, tapi yang harus diperhatikan adalah kebutuhan air untuk pemadaman kebakaran jangan sampai kurang atau terpakai untuk kebutuhan lain sehingga ketika akan digunakan untuk memadamkan kebakaran kapasitas airnya tidak mencukupi. Hal ini dapat diatur dengan membuat leveling pada suction pipe untuk tiap-tiap kebutuhan pada tangki.

Melihat contoh diatas, satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembuatan skenario pemadaman kebakaran untuk disetiap area disuatu wilayah (gedung perkantoran, pabrik, pembangkit listrik, pertambangan, dll) karena hal ini akan mempengaruhi proses pemadaman kebakaran, jumlah air yang dibutuhkan dalam pemadaman kebakaran dan prioritas pencegahan kebakaran. Apabila tidak dibuat dan dijalaninya skenario kejadian ini maka proses pemadaman kebakaran akan berjalan tanpa aturan yang dapat menyebabkan kebakaran semakin besar, makin meluasnya area yang terbakar dan kebutuhan air yang cepat habis karena tidak terkontrolnya pembukaan outlet hydrant

Comments

Popular posts from this blog

Inspeksi, Pengujian dan Perawatan Untuk Sprinkler System Yang Telah Terpasang Selama 5 Tahun

Di bawah panduan NFPA 25, ada beberapa frekuensi untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan sprinkler system . Salah satu inspeksi yang paling penting dan terlewatkan adalah inspeksi sprinkler system 5 tahun. Artikel ini akan menyentuh poin-poin penting tentang pemeriksaan 5 tahun dan mengapa itu sangat penting. Jadi mari selami secara langsung ke pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan sprinkler system yang telah terpasang selama 5 tahun. Pertama-tama kita harus mencatat siapa yang bertanggung jawab untuk inspeksi sprinkler system 5 tahun. Pemilik bangunan atau perwakilan pemilik memiliki tanggung jawab untuk pemeriksaan. Mereka juga bertanggung jawab untuk aksesibilitas ke komponen bangunan dan sprinkler system . Ada beberapa jenis sprinkler system dan setiap jenis sistem memiliki persyaratan yang berbeda untuk pemeriksaan, pengujian, dan pemeliharaan sehingga yang perlu kita tentukan dulu adalah jenis sistem apa yang ada di dalam suatu gedung. Kontraktor sprinkl...

Tim Tanggap Darurat Saat Kebakaran Terjadi

Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering terjadi dan sangat merugikan baik dari segi finansial maupun material. Pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan memasang fire protection system pada area yang berpotensi terjadinya kebakaran, namun dengan memasang fire protection system tidak semerta segalanya dapat aman terkendali terlebih saat terjadinya kebakaran dan diharuskan dilakukannya evakuasi pada orang-orang yang berada di dalam gedung. Proses evakuasi dan penanganan selama berlangsungnya kebakaran harus dilakukan oleh tim tanggap darurat yang mengerti peran masing-masing di dalam tim tersebut. Pentingnya tim tanggap darurat membuat keberadaannya harus ada dan senantiasa terlatih, oleh karena itu harus dibuat bagan organisasi tim tanggap darurat (untuk tim selama jam kerja dan setelah jam kantor) dimana untuk mengetahui bagaimana proses menanggulangi suatu bencana, siapa saja orang-orang yang terlibat dan mentukan posisi kunci dan fungsinya. Seluruh anggota tim t...