Di dunia ini hal dan dampak dari keselamatan cukup
mendominasi dalam kehidupan kita, baik dalam hal memaksimalkan perlindungan keselamatan
jiwa dan mengurangi potensi
dampak pada lingkungan. Keselamatan dan proteksi telah meningkat ke puncak banyak agenda
eksekutif, dan hal tentang keselamatan telah menjadi
suatu perhatian yang penting disegala bidang usaha dan mendorong usaha untuk mengurangi risiko bisnis dan menghindari kerugian
operasional yang dapat terjadi
Perlindunganakan bahaya kebakaran merupakan hal fital dalam usaha perlindungan akan
keselamatan, dan juga sangat mempengaruhi akan rancangan (design), specifikasi
serta penggunaan dari Fire suppression system yang akan di gunakan. Pertimbangan umum, seperti efektivitas
sistem dan jenis gas yang digunakan (agent), biaya kepemilikan, serta dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan,
tetap menjadi aspek utama dari proses pemilihan
system . Tambahan lainnya adalah dampak dari perubahan legislasi lingkungan
untuk industry penyedia fire suppression system dan juga tersedianya system
yang dapat dipilih oleh safety engineer dan perancang system tersebut.
While the
influence of environmental regulation is unavoidable, and tighter controls of
harmful substances and materials should be encouraged, it is vital to consider
the holistic effects of significant change to the fire suppression industry.
Regulatory change translates into modifications, and sometimes transformations,
of the solutions available to the market. In March 2014, the European
Parliament supported a European Commission proposal to reduce the use of
hydrofluorocarbons (HFCs) and greenhouse gases as part of the F-gas Regulation.
This requirement to cut HFCs to 79% below average 2009-12 levels by 2030 was
mandated effective from January 2015, with phase-down commencing from January
2016. Fire suppression systems are directly impacted by this regulation,
particularly those using HFC-based extinguishing agents, as they have some of
the highest global warming potential (GWP) in comparison to other sectors. Sementara pengaruh regulasi lingkungan tidak dapat
dihindari dan kontrol yang lebih ketat terhadap penggunaan
bahan baku berbahaya harus ditingkatkan, penting untuk mempertimbangkan dampak secara
menyeluruh dari perubahan
signifikan terhadap industri fire suppression system. Sebagai contoh
pada bulan Maret 2014, Parliament Eropa memberikan persetujuan kepada proposal
komisi eropa tentang peraturan/regulasi F-Gas untuk mengurangi pemakaian gas
HFC (hydrofluorocarbon) dibawah angka 79
% hingga tahun 2030 yang akan diberlakukan pada January 2015. Peraturan ini di
lakukan karena dampak dari gas HFC tersebut terhadap lingkungan yaitu mempunya
nilai Global warming Potential yang tertinggi dibanding gas lainnya.
Satu perspektif dalam pasar pemadaman kebakaran adalah bahwa dampak dari
regulasi F-gas dapat diberhentikan karena tidak ada gas HFC yang dilepaskan ke udara kecuali
jika sistem tersebut aktif (discharge) jika terjadi kebakaran. Namun, ini tidak
mewakili interpretasi akurat persyaratan F-gas, karena regulasi berfokus pada
pengurangan gas HFC dengan mengendalikan pemakainannya, dengan meminimalkan pembuatan dan penjualan
produk-produk pemadam tersebut.
Seiring dengan
kemajuan jaman dan berkembangnya tekhnologi, maka dorongan motivasi dan
pengembangan yang dapat menjadi pendukung alternative dari penggunaan gas HFC
terus dilakukan. Rancangan system yang kompleks dari suatu system fire suppression
system memerlukan solusi yang tepat dan tepat andal agar dapat disesuaikan dengan resiko
yang akan ditanggulangi dan juga harus mempertimbangkan hal specific seperti desain pipa, ventilasi dan penyimpanan gas pemadam.
Pilihan yang
layak sebagai pengganti alternative gas HFC untuk fire suppression system:
Sebelum regulasi
F-Gas dikeluarkan, solusi
pencegah kebakaran menggunakan gas inert telah lama digunakan
sebagai alternatif yang
efektif selain dari sistem berbasis HFC dan halon. Solusi ini menggabungkan
tiga gas utama - nitrogen, argon dan karbon dioksida untuk memadamkan api.
Gas inert memindahkan sejumlah besar atmosfer di dalam ruang yang
dilindungi untuk menekan api. Komposisi atmosfer yang khas adalah sekitar 21%
oksigen, 78% nitrogen dan 1% campuran karbon dioksida, metana, helium, dan
sejumlah kecil gas lainnya. Dalam pemadaman api
kebakaran gas inert akan
menekan oksigen keluar dari ruangan hingga kadar
oksigen yang tersisa dalam ruangan hanya 15% atau kurang dan proses dan ini membutuhkan 35-50% dari volume
atmosfer yang akan diganti dalam waktu debit 60 atau 120 detik oleh gas inert.
Perubahan pada kondisi atmosfer di ruang ini membutuhkan ventilasi yang tepat
untuk mengalirkan atmosfer ambien yang tergantikan oleh gas inert yang
dilepaskan kedalam ruangan untuk memdamkan api,
Perancangan
system pemadaman inert gas ini dapat menimbulkan suatu tantangan tersendiri
bagi perancang system pemadam karena sistem gas konvensional ini dapat menyebabkan potensi tekanan udara berlebih sehingga
dinding runtuh, pintu yang pecah dan kerusakan struktur bangunan, khususnya di
ruang tertutup seperti pusat data, ruang kontrol listrik, dan laboratorium. Hal ini disebabkan oleh lonjakan aliran udara dan tekanan puncak selama pelepasan gas inert
kedalam ruangan, dan pemilihan pipa yang digunakan dan besarnya ventilasi yang
dibutuhkan juga dipengaruhi oleh hal tersebut. Untuk lebih mengurangi risiko tekanan berlebih, dapat menggunakan ukuran pipa yang lebih besar dengan melalukan hydraulic
calculation dan mempertimbangkan penggunaan ukuran dan kapasitas cylinder
storage.Upaya penanggulangan ini dapat meningkatkan kompleksitas,
biaya dan waktu pemasangan.
To maximise the
amount of inert gas within a specific system, the agent is stored in
pressurised containers at up to 300 bar. This storage pressure differs across
regional markets and is influenced by varying factors, with the typical storage
pressure in Europe at 300 bar, 150-200 bar in the US, and 200 bar in the Middle
East. In the US market in particular, storage pressures are lower than those in
Europe due to the infrastructure that supports the refill of gas containers
restricted to the 150-200 bar pressure range. The storage containers are the
most expensive component in an inert gas fire suppression system, so designing
a system at the highest storage pressure possible reduces the number of
containers required to hold the inert gas. The current 300 bar inert gas fire
suppression systems are maximising the capability of existing gas container
design, and additional ancillary components such as orifice plates and
manifolds are required in certain system designs.
Untuk memaksimalkan jumlah gas inert dalam sistem, agen disimpan dalam tabung (cylinder) kontainer bertekanan hingga 300 bar. Tekanan dalam
tabung tersebut berbeda di
pasar regional dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
di Eropa penyimpanan pada tekanan 300 bar, Amerika pada 150-200
bar dan TImur Tengah pada 200 bar. Di pasar Amerika khususnya, tekanan
penyimpanan lebih rendah daripada di Eropa karena infrastruktur yang mendukung
isi ulang kontainer gas terbatas pada rentang tekanan 150-200 bar. Wadah
penyimpanan atau cylinder storage adalah
komponen yang paling mahal dalam sistem pemadaman api gas inert, sehingga merancang sistem dengan menggunakan cylinder penyimpanan tertinggi mungkin akan dapat mengurangi jumlah kontainer yang
diperlukan untuk menahan gas inert. Sistem pemadam kebakaran gas inert dengan tekanan sebesar 300 bar saat ini memaksimalkan kemampuan
desain dan juga dengan menggunakan beberapa komponen tambahan yang
penting seperti pelat orifis dan manifold yang diperlukan
dalam desain sistem.
Comments
Post a Comment